Begitu banyak generasi muda Islam yang -seharusnya menjadi penggerak
dakwah menuju kejayaan Islam- menjadikan dosa-dosa yang mereka lakukan
sebagai alasan untuk meninggalkan lapangan dakwah. Padahal kemunduran
mereka sama sekali tidak membuat keadaan dakwah ini menjadi lebih baik,
tapi justru secara tidak langsung mereka telah menjadi “musuh” yang
menghambat pergerakan dakwah dengan sikap apatis mereka.
Fenomena
ini adalah sebuah kesalahan yang sangat diwaspadai. Jangan sampai
semangat untuk beramar ma’ruf nahi munkar menjadi pudar hanya karena
dosa dan kesalahan di masa lalu. Bukankah Allah SWT telah berfirman,
“Sekiranya
tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian,
niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan
keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa
yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. “ (QS. An-Nur: 21)
Maka,
jangan sampai kita berhenti beramar ma’ruf nahi munkar dengan alasan
kita adalah seorang pendosa. Abul Faraj Ibnul Juazi mengatakan,
“Sungguh, Iblis telah berhasil membujuk rayu sebagian ahli ibadah. Dia
melihat kemungkaran, tetapi tidak mengingkarinya dan tidak mencegahnya.
Lalu orang tadi berkata, ‘Yang mencegah kemungkaran dan menyuruh
kebaikan adalah orang yang sudah bagus dan baik. Sementara saya belum
baik betul, bagaimana mungkin saya menyuruh orang lain?’ Hal ini adalah
sebuah kesalahan, karena dia seharusnya (tetap) mencegah kemungkaran dan
menyuruh kepada yang ma’ruf.”
Seorang lelaki pernah berkata
kepada Imam Ahmad bin Hanbal, “Apakah seseorang itu tetap bertahan terus
sampai dia sempurna, kemudian baru mendakwahi manusia?”
Imam Ahmad menjawab, “Siapakah orang yang sempurna? Tetaplah berdakwah kepada manusia.”
Begitu
pun dengan yang diwasiatkan Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyyah kepada Abul
Qasim Al-Maghribi, “Bahwa seorang hamba pasti melakukan kesalahan dan
dosa adalah sebuah kemestian yang ada pada seorang hamba. Namun dia
harus meminta ampun kepada Allah, sehingga seseorang tidak beralasan
(untuk tidak melakukan kebaikan), hanya karena ia telah berdosa”.
DR.
A’idh al-Qarni, seorang ulama yang sangat besar perhatiannya terhadap
dakwah dan generasi muda Islam saja pernah menemui seorang pelaku dosa
dan memintanya agar aktif dalam lapangan dakwah pada Allah, agar dia
ikut andil berceramah, ikut serta dalam beramar ma’ruf nahi munkar atau
pengajian. Agar ia juga aktif memberikan kata-kata yang sejuk dan baik
serta ikut dalam menasihati saudara-saudaranya. Beliau melakukan hal ini
dengan sebuah alasan yang sangat baik, “karena setiap orang -walaupun
pendosa sekalipun-, pantas dan berhak untuk berdakwah dan berceramah
kepada manusia”. Tentunya sesuai dengan kapasitasnya.
Pertanyaannya, bukankah itu sama halnya dengan munafik?
Jawabannya,
TIDAK! Mereka yang tetap beramar ma’ruf nahi munkar -walaupun mereka
memiliki “kekurangan”- adalah mereka yang -Insya Allah- akan dibersihkan
dan disucikan dari dosa yang telah mereka kerjakan. Bukankah Rasulullah
saw. Telah bersabda -hadits ke-18 dalam Hadits Arba’in- :
“Bertaqwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlaq yang baik”
Bukankah
dakwah -menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari keburukan- merupakan
sebuah kebaikan yang dapat menghapus dosa? Bukankah orang yang istiqamah
dalam berdakwah akan lebih malu bermaksiat kepada Allah sehingga
hidupnya senantiasa terarah pada jalan yang diridhai-Nya?
Ya,
setiap kita pernah berbuat kesalahan… Tapi sebaik-baik orang yang
berbuat salah adalah orang yang bertaubat. Dan dakwah tentunya dapat
menjadi sarana taubat terhadap dosa dan keburukan yang telah dikerjakan.
Terakhir, sebelum mengakhiri catatan singkat ini marilah sama-sama kita
renungkan sabda Rasulullah SAW dalam Shahih Muslim
“Demi Dzat
yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalau sekiranya kamu tidak berbuat
dosa, niscaya Allah akan melenyapkan kamu. Kemudian Allah akan
mendatangkan kaum selain kamu. Mereka berbuat dosa, dan mereka meminta
ampun kepada Allah, lalu Allah mengampuni mereka.” (H.R. Muslim)
888 Casino - DrmCD
BalasHapusThe 888 Casino is the latest in the industry 군포 출장마사지 and 광주광역 출장안마 is owned by Vic Tokai Limited, which is the 군산 출장샵 parent company 충청북도 출장마사지 of the company and the owner 충청남도 출장안마 of the gaming